Biasanya pada bulan bulan sekarang ini ( Juni - Oktober ) tiap tahunnya, mangga memasuki periode vegetasinya. Berbunga lalu berbuah. Matang dan dipanen. Kita akan melihat bakal bakal buah bergerombol dan menggelantung ditiap pucuk pucuk pohon mangga dimana saja. Tentu saja yang paling senang adalah si empunya pohon. Karena masa panen ibarat kita sedang menarik uang dari tabungan yang kita setor tiap bulannya.
Tapi belakangan, ditahun ini, pemandangan rutin seperti itu tidak tampak. Seperti pohon mangga didepan rumahku. Kalau tiga tahun terakhir aku bisa tersenyum melihat pohonku dipenuhi bakal buah yang akan menjadi buah manis asam yang paling kusuka ketika matang nanti, tahun ini aku menjadi lesu tiap kali memandang pohon tersebut. Sama halnya dengan para tetanggaku disekitar rumah. Mereka pasti merasakan hal yang sama.
Bunganya sedikit. Itupun berseminya sedikit terlambat dari tahun lalu. Menandakan hasil panennya nanti mungkin tidak sebanyak tahun tahun yang lalu. Sekarang sudah muncul bakal buah yang masih sebesar bola pingpong. Tapi aku sedikit khawatir mereka tidak akan sempat matang sebelum jatuh ketanah. Terlihat tanda tanda kekeringan berupa gurat kecoklatan dipucuk pucuk bakal buah tadi. Sebagian bakal buah tersebut bahkan sudah ada yang berguguran. Padahal suplai air berusaha aku cukupi.
Keadaan ini bukan aku saja yang mengalami. Karena semua pohon mangga yang tumbuh ditiap pekarangan rumah rumah dilingkunganku mengalami hal yang sama. Tidak terkecuali pohon mangga dirumahku di Gresik dan rumah rumah sekitarnya. Panen mangga tahun ini sepertinya akan sedikit terhambat. 'Euphoria' yang kami rasakan tiap kali panen mangga tiap tahunnya, sepertinya tidak akan kami dapati tahun ini. Ah, semoga cuma perasaanku saja.
Aku rasa bukan karena cuacanya yang kelewat panas. Karena tiap tahun dibulan bulan ini juga panas seperti sekarang. Juga sepertinya bukan karena sekarang sedang memasuki musim kemarau. Karena idealnya mangga tumbuh dan berbuah manis saat matahari sedang terik. Entahlah apa penyebabnya. Angin atau wabah, atau gangguan genetik. Well, aku bukan ahli kultur jaringan yang bisa menelisik penyebabnya. Yang pasti keadaan ini merata disetiap tanaman mangga yang kutemui.
Tapi mungkin aku yang agak sedikit tergesa gesa dalam mengharapkan panen tahun ini. Panen juga rejeki ya. Rejeki kan yang ngatur Yang Diatas. Berapapun jumlahnya tetep harus disyukuri. Pokoknya udah dijaga dan dirawat. Semoga tahun ini tetap bisa merasakan manisnya mangga dari pohon sendiri, berapapun jumlahnya. Bukan mangganya sih yang utama, tapi rasa senang dan puas yang ga bisa didapat dari kalo kita beli. Manggaku, cepet berbuah ya...
Ohya, kayaknya aku harus ngelirik penghuni terasku yang lain. They look miserable.... kasian.
Tapi belakangan, ditahun ini, pemandangan rutin seperti itu tidak tampak. Seperti pohon mangga didepan rumahku. Kalau tiga tahun terakhir aku bisa tersenyum melihat pohonku dipenuhi bakal buah yang akan menjadi buah manis asam yang paling kusuka ketika matang nanti, tahun ini aku menjadi lesu tiap kali memandang pohon tersebut. Sama halnya dengan para tetanggaku disekitar rumah. Mereka pasti merasakan hal yang sama.
Bunganya sedikit. Itupun berseminya sedikit terlambat dari tahun lalu. Menandakan hasil panennya nanti mungkin tidak sebanyak tahun tahun yang lalu. Sekarang sudah muncul bakal buah yang masih sebesar bola pingpong. Tapi aku sedikit khawatir mereka tidak akan sempat matang sebelum jatuh ketanah. Terlihat tanda tanda kekeringan berupa gurat kecoklatan dipucuk pucuk bakal buah tadi. Sebagian bakal buah tersebut bahkan sudah ada yang berguguran. Padahal suplai air berusaha aku cukupi.
Keadaan ini bukan aku saja yang mengalami. Karena semua pohon mangga yang tumbuh ditiap pekarangan rumah rumah dilingkunganku mengalami hal yang sama. Tidak terkecuali pohon mangga dirumahku di Gresik dan rumah rumah sekitarnya. Panen mangga tahun ini sepertinya akan sedikit terhambat. 'Euphoria' yang kami rasakan tiap kali panen mangga tiap tahunnya, sepertinya tidak akan kami dapati tahun ini. Ah, semoga cuma perasaanku saja.
Aku rasa bukan karena cuacanya yang kelewat panas. Karena tiap tahun dibulan bulan ini juga panas seperti sekarang. Juga sepertinya bukan karena sekarang sedang memasuki musim kemarau. Karena idealnya mangga tumbuh dan berbuah manis saat matahari sedang terik. Entahlah apa penyebabnya. Angin atau wabah, atau gangguan genetik. Well, aku bukan ahli kultur jaringan yang bisa menelisik penyebabnya. Yang pasti keadaan ini merata disetiap tanaman mangga yang kutemui.
Tapi mungkin aku yang agak sedikit tergesa gesa dalam mengharapkan panen tahun ini. Panen juga rejeki ya. Rejeki kan yang ngatur Yang Diatas. Berapapun jumlahnya tetep harus disyukuri. Pokoknya udah dijaga dan dirawat. Semoga tahun ini tetap bisa merasakan manisnya mangga dari pohon sendiri, berapapun jumlahnya. Bukan mangganya sih yang utama, tapi rasa senang dan puas yang ga bisa didapat dari kalo kita beli. Manggaku, cepet berbuah ya...
Ohya, kayaknya aku harus ngelirik penghuni terasku yang lain. They look miserable.... kasian.
No comments:
Post a Comment