Tantangan MFM kali ini bener bener bikin idung kembang kempis. Gimana enggak, tema yang diangkat Ning Rachmah sebagai Bu RT MFM bulan ini adalah Nuansa Ungu. Yang pasti pengaplikasiannya dalam bentuk makanan, minuman dan kudapan sedikit terbatas. Bisa dihitung dengan jari, bahan makanan berwarna ungu alami yang bisa diolah menjadi kreasi makanan. Coba sebut, Telo ( ubi ) Ungu, Kubis Ungu, Blueberry / Blackberry ( bukan yang dipake nilpun, hehe ), terus apalagi ? Udah ?
Gimana gak kembang kempiiiis nih idung, yang ada ngembang gak kempis kempis... *yee itu mah alami dari sononya, hehe*
Sebenarnya banyak olahan berbahan dasar bahan bahan tersebut, dan semua tergantung kreatifitas kita. Mulai dari Talam Telo Ungu, JCC Blueberry, Cupcake Blueberry, Sus Vla Telo Ungu, Bolu Kukus Telo Ungu, Donat Telo Ungu, Roti Telo Ungu, dan banyak lagi jika kita mau menggali dan berkreasi. Tapi waktu sedang tidak bersahabat denganku saat ini, sehingga tidak satu pun dari daftar tersebut yang bisa ku praktekan untuk memenuhi tugas MFM bulan ini. Sempet mau dilewatkan aja, tapi melihat lirikan maut dari mata Jeung Rachmah, langsung buru buru batalin niatan bolosnya. Siap bu, kerjakan !
Setelah menimbang nimbang olahan apa yang murah meriah dan mudah untuk dibuat, aku putuskan untuk membuat Sawut Telo Ungu. Telo Ungu yang diparut kasar lalu dikukus dengan sedikit gula dan dihidangkan dengan parutan kelapa. Pasti cantik dan enak. Apa daya, list yang ini juga terpaksa dicoret dari daftar karena aku tak menemukan telo ungu di mana mana... *berasa pengen nangis dipojokan*
Padahal telo ungu biasa dijual disupermarket deket rumah dan hari itu stoknya sedang kosong. Tak ingin pulang dengan tangan hampa, aku mencari cari disekitar area vegs and fruits, dan menemukan 'benda' berwarna ungu.
Terong ungu ! Agak mekso memang. Tapi tak apalah demi melihat Jeung Rachmah tersenyum. Hihihi... senyuman maut yang bisa bikin orang klepek klepek.
Terong Ungu Sambal Santan a la Mae
1 bh terong ungu besar atau 2 bh ukuran sedang. Potong dan belah sesuai selera.
goreng atau panggang hingga matang dan layu. Atau sesuai tingkat kematangan yang dikehendaki.
Sambal :
2 siung bawang merah
1 siung bawang putih
2 buah cabe merah besar
3 bh cabe rawit ( atau lebih )
1/2 sdt terasi matang
1 buah kemiri
garam dan gula sesuai selera
1 - 2 sdm santan kental
Potong potong tebal semua bahan, lalu goreng setengah matang hingga harum dan layu. Tumbuk ( uleg ) dengan garam dan gula hingga halus. Tambahkan santan, aduk hingga rata. Tuang diatas terong, atau dipenyet bersama sambalnya. Sajikan dengan lalapan timun, kacang panjang dan tempe penyet.
Aku ini orangnya masih ndeso. Selera makan juga agak ndeso. Aku ingat dulu ibuku sering menghidangkan masakan ini saat kami sekeluarga sedang berkumpul dan makan bersama di kebun. Dulu, saat kami sekeluarga masih tinggal di Papua.
Sedikit mengenang masa itu, orangtuaku pernah memiliki sepetak lahan di pinggiran kota yang dimanfaatkan untuk berkebun dan berternak ayam. Diakhir pekan kami sering kesana, berkumpul dan mengundang beberapa kerabat untuk makan malam bersama dalam suasana outdoor, dibawah terang bulan. What a lovely days those times was... *tears*
Hyaaa.. Mae lebay-nya kambuh. Oke deh bu RT, setoranku lunas ya... tuing tuing *kedip kedip*
1 bh terong ungu besar atau 2 bh ukuran sedang. Potong dan belah sesuai selera.
goreng atau panggang hingga matang dan layu. Atau sesuai tingkat kematangan yang dikehendaki.
Sambal :
2 siung bawang merah
1 siung bawang putih
2 buah cabe merah besar
3 bh cabe rawit ( atau lebih )
1/2 sdt terasi matang
1 buah kemiri
garam dan gula sesuai selera
1 - 2 sdm santan kental
Potong potong tebal semua bahan, lalu goreng setengah matang hingga harum dan layu. Tumbuk ( uleg ) dengan garam dan gula hingga halus. Tambahkan santan, aduk hingga rata. Tuang diatas terong, atau dipenyet bersama sambalnya. Sajikan dengan lalapan timun, kacang panjang dan tempe penyet.
Aku ini orangnya masih ndeso. Selera makan juga agak ndeso. Aku ingat dulu ibuku sering menghidangkan masakan ini saat kami sekeluarga sedang berkumpul dan makan bersama di kebun. Dulu, saat kami sekeluarga masih tinggal di Papua.
Sedikit mengenang masa itu, orangtuaku pernah memiliki sepetak lahan di pinggiran kota yang dimanfaatkan untuk berkebun dan berternak ayam. Diakhir pekan kami sering kesana, berkumpul dan mengundang beberapa kerabat untuk makan malam bersama dalam suasana outdoor, dibawah terang bulan. What a lovely days those times was... *tears*
Hyaaa.. Mae lebay-nya kambuh. Oke deh bu RT, setoranku lunas ya... tuing tuing *kedip kedip*
4 comments:
enyak Mae.. yang beginian justru yang bikin nagih. gimanapun juga lidah Indonesia gak akan bisa jauh deh dari yang namanya sambel. :)
mantaaaappp...
btw cobeknya mau dooong...disini pakenya cobek cina, tau ga sih...:( susah nguleknya...
@ Mira, iya say, bisa nambah2 kalo makan ini... Makan bareng yok !
@ Ike, hahaha entar klo pulang ke Indo bawa cobek dari sini deh *klo lulus bea cukai ya..* hihihi...
cobek cina tu kyak gimana teh ?
@ Mira, iya say, bisa nambah2 kalo makan ini... Makan bareng yok !
@ Ike, hahaha entar klo pulang ke Indo bawa cobek dari sini deh *klo lulus bea cukai ya..* hihihi...
cobek cina tu kyak gimana teh ?
Post a Comment