Membaca beberapa postingan mbak Dita tentang tutorial dasar food photography, aku tergugah untuk berbagi pengalaman. Pengalaman aja yah, bukan ilmu soalnya ilmunya masih cetek dan masih terus berguru kesana kemari.
Kurang lebih sudah hampir 7 bulan berjalan, sejak aku pertama kali mengenal food photography. Dulu aku pikir food photography hanya sebuah foto makanan yang dipotret oleh orang orang berbakat yang memiliki kamera pro nan canggih. Namun seiring niat ku untuk menelisik lebih jauh tentang bagaimana cara memotret makanan yang baik hingga bisa membuat orang yang melihatnya meneteskan liur ( ah, ga segitunya kali), aku menemukan bahwa food photography adalah hal, sesuatu atau ilmu yang bisa dipelajari oleh siapa aja ( please note this ! ). Ada dasar dan teorinya. Lalu, bagaimana dengan peralatan pendukungnya ? Dalam hal ini kamera tentunya...
Awalnya aku sedikit pesimis mengetahui bahwa kebanyakan foto foto makanan yang sangat indah dipandang mata berasal dari kamera pro dengan harga jutaan rupiah bahkan puluhan. Punyaku ? Hanya sebuah camera 6mp yang fungsi kameranya 'nunut' sama DiVicam ( aku pakai istilah nunut atau nebeng karena fungsi utama DiVicam lebih kefitur video recordingnya. Jadi ga bisa berharap banyak pada setting kameranya ). Tapi keinginanku yang besar dalam menekuni hal baru ini mampu meruntuhkan kepesimisanku akan kamera. Dari sinilah aku mulai perguruaanku belajar motret.
Foto foto diawal awal aku belajar food photography. Taken with my first DiVicam. Masih kacau ya...
Banyak tanya adalah hal pertama yang aku lakukan demi mencari masukan saat itu. Bersyukurlah aku menemukan banyak teman yang bersedia membagikan secuil ilmu dan pengalamannya dalam memotret. Mbak Dita, mbak Arfi, mbak Elsye, mbak Regina, mbak Rita dan mbak Mindy ( ada yang terlewat ? ). Mereka adalah orang orang yang aku kenal diawal awal perguruanku, yang dengan murah hati mau mengoreksi setiap kekurangan yang aku lakukan dan memberi banyak sekali masukan. Semakin kesini, aku menemukan banyaaaak sekali teman teman berbakat yang sangat mengagumkan dengan karya karya food photography-nya. Salut !
Setelah bertanya kesana kemari sampe yang ditanya bosan, lalu mencari segudang info dijagat web ini, en melototin foto foto makanan sang master foto, selanjutnya hal yang aku lakukan adalah praktek. Trial en eror. Banyak deh erornya. Tapi dari awal udah niat bahwa apapun kekurangannya, aku harus bisa mengerjakan apa yang sedang ingin aku pelajari. Yang penting belajar dulu. Kalo belum punya pena, ya pake pensil dulu. Kalo belum punya mikser, ya pake tangan dulu. Kalo belum ada lampu, ya pake lilin dulu. Kalo belum punya DSLR ya pake poket dulu.
Empat bulan berselang semenjak aku sibuk berguru, suamiku menghadiahkan aku sebuah kamera baru.Tapi...., divicam lagi ??? 5mp ?? Tapi aku tentu tidak bisa protes, karena kalo bukan beliau, siapa lagi yang bisa kujadikan tempat merengek untuk dibelikan kamera baru. Toh, divicam yang dulu dia juga yang belikan. Yah, akhirnya kuterima saja meski aku tidak bisa berharap banyak atas perkembangan pelajaranku nanti. Toh masih bisa merengek lagi ( dasar istri pemeras suami ). Yang bisa kulakukan hanya berusaha menyukai kameraku dengan sedikit kelebihannya dan segudang kekurangannya. Thanx darling...
Foto foto awal yang aku ambil dengan DiVicam yang baru. Lumayan...
Perguruan terus berlanjut. Sekarang aku sudah mulai bisa menerima segala kekurangan kameraku. Aku sadar, bukan kamera yang harus aku pelajari, tapi ilmunya yang harus aku praktekan. Kamera hanya pendukung. Meski aku tetap memimpikan sebuah DSLR dalam genggaman. Ah, nanti saja... kalo skill komposisinya dah dapet acungan jempol. Kalo sekarang sih masih acungan kelingking, hehehe.
Belakangan aku dengar, sebuah foto yang diambil dengan kamera ponsel berhasil memenangkan sebuah event food photography. Ah, masa ? Dari situ aku mulai melirik kamera ponselku. Benda cadangan terakhir yang hanya aku fungsikan kalau kedua kameraku sedang low batt. Ternyata oh ternyata, setelah aku selidiki, kamera 3mp dari hape merek cina murahan ga branded yang udah kupakai setaun ini punya fungsi kamera yang lumayan. Yang divicam 5 mp ku aja ga punya. Dan setelah aku uji coba, ternyata hasilnya tidak terlalu mengecewakan. Dan justru kelebihan kamera hapeku ini mampu menutupi kekurangan kamera divicamku. Hebat !
Foto foto yang aku ambil dengan kamera ponselku. Tidak sebanding dengan hasil foto dengan kamera biasa apalagi yang pro, tapi lumayan lah... kalo kepepet !
Sekarang aku benar benar percaya, fotografi tidak tergantung kamera. Fotografi bisa dilakukan dimana saja, kapan saja ! Kamera hanyalah penentu kualitas gambar sebuah foto. Sedangkan seni foto itu sendiri, tergantung pada selera sang fotografer dan orang orang yang mampu melihat foto itu sebagai sebuah seni. ( Aduh, kok berkobar kobar gini ? ) Meskipun tidak bisa dipungkiri, kamera juga berpengaruh pada hasil dan kualitas artistik sebuah foto.
Well, saat ini aku masih terus berguru dan berlatih. Yang pasti aku sudah menemukan kesenanganku disini. Masih banyak yang harus kupelajari. Masih banyak yang harus kuasah. Baik kemampuan dan keterampilan ( juga 'kameranya' pasti ). Bagi teman teman yang sudah ahli, tolong sudi kiranya membimbing dan memberi masukan. Bagi teman teman yang sama sama sedang belajar, mari saling berbagi dan terus semangat untuk maju. Dan bagi teman teman yang ingin mempelajari fotografi lebih dalam namun tersandung masalah kamera, ayo banyak yang bisa dipelajari tanpa harus bingung tentang kamera. Pokoknya maju dulu, masalah kamera dipikir belakangan, hahaha...
Duh sori kebanyakan ngomong. Makasih udah mau baca ya... :)
Kurang lebih sudah hampir 7 bulan berjalan, sejak aku pertama kali mengenal food photography. Dulu aku pikir food photography hanya sebuah foto makanan yang dipotret oleh orang orang berbakat yang memiliki kamera pro nan canggih. Namun seiring niat ku untuk menelisik lebih jauh tentang bagaimana cara memotret makanan yang baik hingga bisa membuat orang yang melihatnya meneteskan liur ( ah, ga segitunya kali), aku menemukan bahwa food photography adalah hal, sesuatu atau ilmu yang bisa dipelajari oleh siapa aja ( please note this ! ). Ada dasar dan teorinya. Lalu, bagaimana dengan peralatan pendukungnya ? Dalam hal ini kamera tentunya...
Awalnya aku sedikit pesimis mengetahui bahwa kebanyakan foto foto makanan yang sangat indah dipandang mata berasal dari kamera pro dengan harga jutaan rupiah bahkan puluhan. Punyaku ? Hanya sebuah camera 6mp yang fungsi kameranya 'nunut' sama DiVicam ( aku pakai istilah nunut atau nebeng karena fungsi utama DiVicam lebih kefitur video recordingnya. Jadi ga bisa berharap banyak pada setting kameranya ). Tapi keinginanku yang besar dalam menekuni hal baru ini mampu meruntuhkan kepesimisanku akan kamera. Dari sinilah aku mulai perguruaanku belajar motret.
Foto foto diawal awal aku belajar food photography. Taken with my first DiVicam. Masih kacau ya...
Banyak tanya adalah hal pertama yang aku lakukan demi mencari masukan saat itu. Bersyukurlah aku menemukan banyak teman yang bersedia membagikan secuil ilmu dan pengalamannya dalam memotret. Mbak Dita, mbak Arfi, mbak Elsye, mbak Regina, mbak Rita dan mbak Mindy ( ada yang terlewat ? ). Mereka adalah orang orang yang aku kenal diawal awal perguruanku, yang dengan murah hati mau mengoreksi setiap kekurangan yang aku lakukan dan memberi banyak sekali masukan. Semakin kesini, aku menemukan banyaaaak sekali teman teman berbakat yang sangat mengagumkan dengan karya karya food photography-nya. Salut !
Setelah bertanya kesana kemari sampe yang ditanya bosan, lalu mencari segudang info dijagat web ini, en melototin foto foto makanan sang master foto, selanjutnya hal yang aku lakukan adalah praktek. Trial en eror. Banyak deh erornya. Tapi dari awal udah niat bahwa apapun kekurangannya, aku harus bisa mengerjakan apa yang sedang ingin aku pelajari. Yang penting belajar dulu. Kalo belum punya pena, ya pake pensil dulu. Kalo belum punya mikser, ya pake tangan dulu. Kalo belum ada lampu, ya pake lilin dulu. Kalo belum punya DSLR ya pake poket dulu.
Empat bulan berselang semenjak aku sibuk berguru, suamiku menghadiahkan aku sebuah kamera baru.Tapi...., divicam lagi ??? 5mp ?? Tapi aku tentu tidak bisa protes, karena kalo bukan beliau, siapa lagi yang bisa kujadikan tempat merengek untuk dibelikan kamera baru. Toh, divicam yang dulu dia juga yang belikan. Yah, akhirnya kuterima saja meski aku tidak bisa berharap banyak atas perkembangan pelajaranku nanti. Toh masih bisa merengek lagi ( dasar istri pemeras suami ). Yang bisa kulakukan hanya berusaha menyukai kameraku dengan sedikit kelebihannya dan segudang kekurangannya. Thanx darling...
Foto foto awal yang aku ambil dengan DiVicam yang baru. Lumayan...
Perguruan terus berlanjut. Sekarang aku sudah mulai bisa menerima segala kekurangan kameraku. Aku sadar, bukan kamera yang harus aku pelajari, tapi ilmunya yang harus aku praktekan. Kamera hanya pendukung. Meski aku tetap memimpikan sebuah DSLR dalam genggaman. Ah, nanti saja... kalo skill komposisinya dah dapet acungan jempol. Kalo sekarang sih masih acungan kelingking, hehehe.
Belakangan aku dengar, sebuah foto yang diambil dengan kamera ponsel berhasil memenangkan sebuah event food photography. Ah, masa ? Dari situ aku mulai melirik kamera ponselku. Benda cadangan terakhir yang hanya aku fungsikan kalau kedua kameraku sedang low batt. Ternyata oh ternyata, setelah aku selidiki, kamera 3mp dari hape merek cina murahan ga branded yang udah kupakai setaun ini punya fungsi kamera yang lumayan. Yang divicam 5 mp ku aja ga punya. Dan setelah aku uji coba, ternyata hasilnya tidak terlalu mengecewakan. Dan justru kelebihan kamera hapeku ini mampu menutupi kekurangan kamera divicamku. Hebat !
Foto foto yang aku ambil dengan kamera ponselku. Tidak sebanding dengan hasil foto dengan kamera biasa apalagi yang pro, tapi lumayan lah... kalo kepepet !
Sekarang aku benar benar percaya, fotografi tidak tergantung kamera. Fotografi bisa dilakukan dimana saja, kapan saja ! Kamera hanyalah penentu kualitas gambar sebuah foto. Sedangkan seni foto itu sendiri, tergantung pada selera sang fotografer dan orang orang yang mampu melihat foto itu sebagai sebuah seni. ( Aduh, kok berkobar kobar gini ? ) Meskipun tidak bisa dipungkiri, kamera juga berpengaruh pada hasil dan kualitas artistik sebuah foto.
Well, saat ini aku masih terus berguru dan berlatih. Yang pasti aku sudah menemukan kesenanganku disini. Masih banyak yang harus kupelajari. Masih banyak yang harus kuasah. Baik kemampuan dan keterampilan ( juga 'kameranya' pasti ). Bagi teman teman yang sudah ahli, tolong sudi kiranya membimbing dan memberi masukan. Bagi teman teman yang sama sama sedang belajar, mari saling berbagi dan terus semangat untuk maju. Dan bagi teman teman yang ingin mempelajari fotografi lebih dalam namun tersandung masalah kamera, ayo banyak yang bisa dipelajari tanpa harus bingung tentang kamera. Pokoknya maju dulu, masalah kamera dipikir belakangan, hahaha...
Duh sori kebanyakan ngomong. Makasih udah mau baca ya... :)
12 comments:
tfs, jadi lebih semangat nih belajarnya, selama ini cuma menikmati saja hasil photo teman2, krn ngga punya DSLR yg belum terjangkau.
hi mae ... tfs critanya .... bener2 memotivasi untuk belajar lebih :). kalo kata suamiku ... yg penting "the man behind the gun" ... ini kalimat andalannya kalo aku ngerengek minta ini itu perlengkapan motret .. hihihihi.
keep learning & exploring yaaa ... proud for you :).
hebat mae...kemajuan yang luar biasa...sip..sukses terus ya...
Keep your spirit Mae...(sembari menyemangati diri sendiri).
Don't worry about camera, gw jg masih bergantung pada camera 6 MP, lungsuran suami. Dah diwanti2, gak boleh minta beli camera :(
Padahal tiap malem selalu ngimpiin camera yg rada canggihan.
The show must go on,... keep clicking, keep exploring!
...lupa, salam kenal dari Mumbai.
Untuk memulai ga harus punya yg pro dulu kok, yg penting semangatnya kan ?
duuuh, makasih mbak Yul, ah tp foto2 mbak Yul udah cakep cakep gitu, gmn klo dpt kamera baru *heh, ga nyambung ya :D*
makasih kak Uli, ayo katanya pgn belajar food potograpi, ga usah malu yg penting niat dulu, en teteup semangat ya... ??
Mbak Vaniaaa, makasih dah mampir sini, aduh aku suka sekali sama foto2 mbak V. Makasih ya semangatnya. Duh biar lungsuran yg penting kan hasilnya... ya ?
huhuhuhu jeng mae...dirimu bikin aku makin semangat buat belajar..belajar dan belajar....
aku jg lg terus nguplek2 kameraku ini...secara modal kamera udah ada tinggal kesabaran en ketelatenan aja
boleh tau ga???fotonya mae pake diedit2 ga atw asli dr hasil jepretan
iya mbak dah ada modal, semangat jgn smp kendur ya ? hehe
walah mbak, foto2ku semua banyaaaaaak editannya *hahahaha* kalo gak gitu, ancur deh keliatannya. Meski smp saat ini, masih belajar membuat foto yg tdk terlalu byk diedit nantinya. Yg dah bagus dr mentahannya.
Ibarat artis sebelum manggung hrs nyalon dulu dulu, fotoku ini dah over menor saking byknya yg diedit *sadar* hehehe :D
teteup semangat ya... :)
heheheh, gue baru baca mae :D, bener2 semangatttnya patut di acungin jempolll :D..kerenn kerennn...
sama kayak vania, kamera gue juga yang 6 MP..hihihih, tapi tenang mae yang penting tetep belajar, walau mesti meredam pembelian perlengkapan foto....qiqiiqiqi, soal editan gue jgua diedit mae...:P, yang penting sih masih keliatan natural...:D
tfs yaaaa
becuuuuuuuulll!! tergantung sama niat dan kemauan. biarpun kamera ponsel teuteub bisa dikaryakan hehehe. sukseshhh mae!
oh ya udah dicatet ikutan lombanya. gud lak ya!
Aduh duh duh... makasih mbak Els en mbak Arfi, kalian berdua bener jadi inspirasiku. Klo semangat belajar lg kendur, bgt liat foto2 kalian berdua jd semangat belajar lagi...
Jd deg2an mo ngikut lomba, thanks !
wah menarik sekali mbak...bikin semangat buat terus ngulik, koleksi jepretannya indah2...banyak dapet referensi jdnya...sukses :)
Post a Comment