Monday, October 13, 2008

Review : Sushi Tei

Sudah lama aku ingin sekali mencicipi hidangan khas Jepang yang sangat populer ini. Baru hari minggu kemaren, aku diajak kakakku makan disebuah kedai makanan Jepang di Galaxy Mall, Surabaya. Ini adalah pertama kalinya aku pergi ke kedai seperti ini dan juga pengalaman pertama makan sushi ( beneran ).Dulu pernah coba coba membuat sushi sendiri, tapi saat itu aku tidak yakin apakah rasa sushi yang kubuat sudah benar sesuai aslinya.

Sushi Tei. Demikian nama kedai tersebut. Terletak di Level 1, Galaxy Extension Mall lt.2 . Persisnya disebelah mana, aku lupa. Tempatnya santai dan nyaman. Tidak ada suara suara ramai khas warung. Atau suara suara berdencing piring piring yang sedang bergesekan khas rumah makan Padang. Yang terdengar hanya riuh rendah pelanggan yang sedang menikmati hidangan, dan sesekali tawa mereka yang hanya terdengar lamat lamat.

Begitu masuk, kami disambut teriakan lembut para koki dan para pelayan, " Moshi moshi ! ". Para koki yang kebanyakan pria, berseragam putih. Mereka sibuk bekerja menyelesaikan pesanan di pantry yang terletak di sisi paling depan kedai itu. Sesekali mereka meneriakkan sebuah kalimat berakhiran -masu, yang tidak kumengerti artinya, saat sebuah pesanan selesai dibuat. Tidak berapa lama, seorang pelayan akan datang mengambil pesanan tersebut dari meja pantry dan mengantarkannya pada pemesan.

Sedangkan pelayannya hampir seluruhnya perempuan. Mengenakan seragam abu abu dengan potongan busana khas pelayan restoran. Kadang kadang mereka meneriakkan, " Arogatou Gozaimasu ! " tiap kali ada pelanggan yang meninggalkan kedai selesai makan. Sebuah layanan standar perhotelan.

Ruangan dibagi menjadi beberapa meja individu dan meja pantry a la bar. Meja individu ada yang terdiri dari 4 kursi dan 6 kursi. Ada juga meja yang tidak sempat kuhitung jumlah kursinya, terletak lebih 'private' dengan sekat sekat dikeempat sisinya. Ruangan ini terletak lebih dalam. Sedang kami dipersilahkan duduk disebuah meja individu dengan empat kursi, dan hanya dibatasi satu sekat dengan meja lainnya.

Photobucket

Meja pantry terletak tepat didepan pantry tempat koki bekerja. Mungkin yang ingin menikmati suasana sedikit santai a la bar lebih suka duduk disana. Hal yang paling menarik perhatianku adalah meja berputar khas kedai Jepang. Diatasnya sudah terdapat beberapa menu dengan porsi kecil yang diletakkan diatas piring berwarna warni. Warna piring inilah yang nanti menentukan menu apa yang sudah diambil dan -pastinya- rupiah yang harus dibayar. Menarik sekali. Hanya saja tidak ada satu pun makanan yang tersaji diatasnya yang ku kenal. Satu satunya yang bisa aku kenali hanya sekaleng Diet Coke yang diletakkan diatas piring berwarna biru muda. Entah jadi berapa rupiah coke itu setelah masuk kesini. Mungkin akan dikenakan biaya listrik karena sudah muter diatas meja. Atau biaya impor dari Jepang.

Tidak berapa lama setelah kami duduk, seorang pelayan menghampiri meja kami dan meletakkan beberapa buku menu berukuran jumbo diatas meja. Setelah itu dia meninggalkan kami. Tidak ada satupun nama menu yang aku kenal kecuali menu berembel embel, -sushi, -udon, -soba, lainnya mengucapkannya sekali saja tidak cukup untuk menghapalkannya. Meski begitu, dibawah tiap menu dituliskan sedikit penjelasan tentang bahan yang dipakai dalam bahasa Inggris. Aktivitas memesan ini akhirnya kuserahkan pada kakakku yang lebih tahu. Aku lebih tertarik untuk memperhatikan foto foto makanan yang tercetak didalam buku menu, yang dipotret dengan indahnya. Satu satunya yang aku pesan, dan kuucapkan sendiri didepan pelayan adalah, " Iced Tea with Sugar, please ", sesuai dengan yang tertera dibuku menu, dan tercetak dibawah gambar segelas es teh.

Photobucket
My Iced Tea with Sugar

Diatas setiap meja ada beberapa botol dan wadah berbahan stainless yang tidak semua sempat aku liat apa isinya. Yang aku tahu hanya ada sebotol mirin, kalau tidak salah. Sebotol cairan hitam yang lebih kental dan berminyak. Ada juga wasabi, berwarna hijau dan padat seperti pasta -I was not sure it called with wasabi- dan beberapa wadah lainnya. Lalu ada sebuah wadah kayu silinder berwarna merah dan tersedia penjapit kecil didalamnya. Waktu kubuka, tercium aroma yang sangat menyengat. Ini jahe iris. Tapi tampaknya bukan jahe lokal, karena warnanya sedikit kemerahan. Entahlah, aku hanya menebak nebak saja, karena selain Ebi furai, onigiri, chicken katsu, atau tempura, pengetahuanku tentang masakan Jepang sungguhlah sedikit. Dan pastinya, tidak ada satupun makanan makanan yang kusebutkan tadi, tertulis dibuku menu disini. Tidak ada menu menu a la Hoka Hoka Bento atau Hoka Hoka Ten kalau disebut di Jepang sana.

Photobucket
On the table...

Photobucket
Diced ginger...

Tidak berapa lama, empat piring berwarna warni dengan tatanan sushi mungil diatasnya tersaji dihadapan kami. Ada sepiring Tamago Maki Sushi ( satu satunya yang aku hafal namanya ), sepiring sushi berbungkus nori yang diisi tamago dan crabstick ( aku lupa namanya dalam bahasa Jepang ), lalu sepiring sushi berisi daging ikan salmon ( mentah ) yang dicampur dengan acar timun, dan yang paling mewah diantara semua adalah, sushi berisi salmon yang disudah dicampur dengan mayonaise, lalu bagian luar sushi dibalut dengan telur ikan berbentuk butiran bening bewarna merah yang bila dimakan terasa sensasi 'pecah' dimulut. Bahasa jawanya 'kletus kletus'. Aku sudah menyiapkan campuran mirin, cairan hitam kental dan berminyak, dan beberapa iris jahe di sebuah piring kecil. Menurut yang aku tahu, cara makan sushi yang benar adalah dengan mencelupkan mereka kedalam campuran saus saus tadi. Tapi aku tidak tahu bagaimana racikan yang benar. Asal nyampur aja, agar tidak terlihat seperti orang kampung yang baru datang kesini.

Photobucket
Sushi stuffed with salmon and pickled cucumber

Photobucket
Sushi stuffed with salmon and mayonaise
Photobucket
Sushis I ate...

Sayang beribu sayang, sama dengan pengalaman pertamaku makan sushi buatanku sendiri, tidak ada satupun yang bisa diterima oleh lidahku. Aku yang sudah terbiasa makan lemper atau arem arem berbungkus daun pisang, tidak bisa menelan makanan makanan gulung yang cantik ini. Meskipun toh, aku sudah berhasil memasukkan masing masing satu gulung dari setiap menu pesanan kami, rasanya perut ini tidak kunjung menerima. Untunglah ada segelas es teh manis ( ah lebih enak mengucapkan begini ), yang membantu mendorong makanan makanan berasa asin tadi hingga tidak keluar lagi dari perut. Rasanya aku belum cocok makan makanan seperti ini. Terlalu aneh untuk lidahku. Tapi bagi penyuka sushi seperti kakakku, makanan makanan ini sangatlah lezat dan cukup memuaskan selera menyantapnya. Beliau hanya tertawa melihat kami, aku dan suamiku, yang berusaha menelan gulungan gulungan tersebut. Suamiku bilang, " Anggap saja makan lemper. "

Keluar dari Sushi Tei, aku bergegas membeli satu D'Crepe beef burger dan kemudian nongkrong makan donat en ngopi di J-Co. Dua makanan ini jauh sangat lebih diterima oleh perut dan lidahku, dan jauh lebih memuaskan selera menyantapku yang ngampung ini. Nyam - nyam !

8 comments:

Rita Sella said...

klo aku lebih syuka sushi bikinan sendiri, aman dunia akhirat hehehehe... terakhir makan salmon wrap swedish punya, mulut bisa makan peyut tereak-tereak... lemper is the best

Unknown said...

Setuju ama mbak Rit, Tapi fotonya tambah apik aja Mae, pantes jadi 3 besar ;)

Anonymous said...

walau akhirnya kurang suka, tapi yang penting kan punya kenangan makan sushi.

kalau tidak cocok dengan sushi, coba pesan oden.

A.G said...

hehe..aku rada ga suka makan ikan mentah Mæ, rada gimana gitu klinyeh-klinyeh dimulut. Arem-arem is de best lah buat aku :D

Indonesia Eats said...

I love hot sauce, but I still can't accept the taste of wasabi and horseradish. Another thing, I love beni shoga (pickled ginger) and sashimi :D

mae said...

Rita : Iya mbak, kemaren jg smepet mikir ttg ke-halalannya. Makannya pesennya yg gak aneh aneh...

Zita : makaish banyak ya mbak Zit :)

Apt : iyah akhirnya tahu gimana rasanya, hmmm ntar deh kpn2 klo ksana lg nyoba yg oden, meski ga tau kapan lagi :)

A.G : iya mbak, ra enak, sik enak lemper, he he :D

Indonesia-eats : I think I will try them again in a very huge period of time :) dunno when...

Pipit said...

Kesimpulannya, habis berapa rupaih untuk makanan-makanan yang tidak bisa diterima itu? ;p

Btw humas Galaxy Mal suka protes kalau tempatnya ditulis "mall" :D

mae said...

'hanya' dua lembar lembaran bergambar pak Harto, he he... tp yang bs dinikmati hanya segelas es teh manis seharga lima belas ribu, hehe...

semoga humas Glaxy Mal ga sampe baca postingan ini deh :)

Recent Post on Mae's Little Kitchen

My photo
Mom of a lil' girl who still longing for her passion. Obsessed to know more, learn more, take more and give more... Here, on her lil' kitchen.
Unless mentioned, described, or linked, all works and photographs are created by May Irianti. Copyright 2007 - 2008. You may copy only the recipes but please do make a link to this blog. DO NOT COPY . Please ask first !

Followers